Di dalam sastra ada sebuah hubungan yang sangat erat antara apresiasi, kajian dan kritik sastra karena ketiganya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Saat Apresiasi merupakan tindakan menggauli karya sastra, maka mengkaji ialah tindakan menganalisis yang membutuhkan ilmu atau teori yang melandasinya. Tentang penjelasan mengkaji seperti yang diungkapkan oleh Aminudin (1995:39) kajian (sastra) adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antara arunsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu.
maka dari itu dengan tugas analisis drama ini, saya melakukan analisis terhadap drama orang-orang ditikungan jalan dengan menggunakan pendekatan strukturalisme. Sehingga unsur-unsur yang menyusun drama tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di dalamnya. Apakah ada kecenderungan penyingkapan realitas sosial oleh sang pengarang atau para tokoh yang ada pada drama orang-orang di tikungan jalan? ataukah ada hal-hal lain yang bisa di temukan dari analisis drama tersebut? hal ini bisa dianalisis dengan beberapa pendekatan karena kajian sastra memiliki berbagai pendekatan. Dan salah satu pendekatan yang saya gunakan dalam menganalisis drama “orang-orang ditikungan jalan” ini adalah pendekatan strukturalisme, dimana didalamnya terdapat : tema, dialog, latar/setting, alur/plot, tokoh, penokohan, , dan gaya bahasa.
Pokok hal yang diteliti dari drama “orang-orang ditikungan jalan”
Inti cerita dari drama “orang-orang ditikungan jalan”
Pada drama yang berjudul “orang-orang ditikungan jalan” karya W.S Rendra ini banyak menceritakan tentang problematika kehidupan seseorang yang bersumber dari sebuah cinta, dimana dalam drama ini cinta bukan lagi sesuatu yang selalu membahagiakan bagi semua orang. Itulah yang terjadi pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama ini. Yaitu: Sri, Djoko, Botak, Surati, dan Surya yang memiliki latar belakang kisah cinta yang amat pahit dan menyedihkan, hingga terjerumus ke dalam dosa dan pelacuran, hingga ahirnya mereka dipertemukan di sebuah tempat, yang berawal dari pertemuan Sri dengan Djoko yang hendak meminjam korek api untuk merokok disebuah tikungan jalan yang ada, waktu itu keduanya saling merasa kesepian, hingga obrolanpun berlangsung sambil ditemani oleh tukang wedang, dan merekapun merencanakan untuk menghabiskan malam itu berdua, hingga ahirnya datanglah seorang laki-laki yang bernama botak yang tadinya hendak membeli wedang tersebut, namun setelah sri menegurnya ahirnya botakpun ikut bergabung dengan mereka untuk melengkapi perbincangannya, dan Djoko merupakkan seseorang yang mempunyai ketertarikan dengan setiap nama orang, terlihat pada setiap pertemuannya dengan orang baru hal pertama yang ia tanyakan adalah namanya, lalu ketiganyapun birbincang dengan penuh keakraban sambil menyaksikan luluh lalang beberapa laki-laki hidung belang bersama wanita jalang dijalan tersebut, dan beberapa kejadian yang mungkin sudah biasa dilihat oleh sri ditempat pelacuran tersebut, dan terdengarlah sebuah harmonika la paloma dari ujung jalan, ternyata yang memainkannya adalah seorang pemuda gila yang bernama Narko, dia gila karena ada sebadnya, yaitu terlahir sebagai seorang anak jadah yang waktu itu ketika ibunya mengandung dia, ayahnya meninggalkannya karena kesal menghadapi pertengkaran yang selalu terjadi dengan ibunya, yang dilampiaskan oleh ayahnya yang bernama Surya dengan masuk ke tempat pelacuran dan selalu mabuk-mabukan, namun ketika narko sudah beranjak dewasa ia bertemu dengan anaknya tersebut, tanpa mau narko mengakui sebagai ayahnya, hingga diujung kematian Surya yang meninggal dengan cara bunuh diri dengan membawa sejuta penyesalan dosa yang selama hidupnya dia lakukan.
Dan sebelum surya meninggal ternyata botak selalu menjadi penengah diantara mereka, begitupun terhadap surya yang sudah ia ingatkan pada saat sebelum meninggal, tanpa menyadari bahwa ia pun sebenarnya memiliki masa lalu yang pahit dengan orang yang dicintainya, dimana pada zaman revolusi ia ditagkap belanda, dan setelah ia keluar tahanan ia dapati istrinya mati bunuh diri, akibat diperkosa oleh lelaki lain, dan sedang mengandung tiga bulan, ia pun sempat terjerumus ke hal yang salah namun ahirnya ada seseorang yang menyadarkannya, hal tersebutpun terjadi pada masa lalu cinta Djoko dengan kekasihnya Surati, yang mendorongnya ke tempat pelacuran tersebut, dan bertemu Sri seorang pelacur yang tentunya ia pun mempunyai alasan mengapa menjadi pelacur, karena pada dasarnya Sri seorang wanita yang mempunyai keinginan dan tujuan hidup yag sama dengan wanita-wanita pada umumnya yaitu ingin berumah tangga, mempunyai keluarga, suami, dan anak. Yang ahirnya semuanya mempunyai jalan masing-masing, dimana Botak meneruskan perjalanan hidupnya dengan baik, Djoko bertemu kembali dengan pacarnya “Surati” dan Sri yang memutuskan menikah dengan laki-laki yang ia kagumi dan menerima dia apa adanya yaitu Tarjo.
Hasil analisis struktural dari drama “orang-orang ditikungan jalan”
- Tema. Tema sebuah drama merupakan permasalahan yang mendasari sebuah cerita. Dan permasalahan yang ada pada drama ini berupa problematika kehidupan yang di latar belakagi oleh masalah cinta.
- Dialog. Dialog yang dibangun dalam drama Orang-orang ditikungan jalan karya W.S Rendra ini merupakan dialog yang selalu bergantian, atau dialog yang teratur antara tiga tokoh utamanya.
- Latar atau setting. Latar dalam drama ini dispesifikasikan terhadap latar tempat saja, dimana terdapat disebuah tikungan jalan tempat para pelacur berada, kursi tukang wedang, sebelah kanan dan kiri jalan tersebut.
- Alur/Plot. Alur merupakan susunan peristiwa yang terpilih dan diatur oleh pengarang secarara logis dalam hubungan sebab akibat, sehingga memebentuk suatu cerita yang utuh. Dan alur yang terdapat pada drama ini termasuk dalam alur sorot balik atau flashback. Hal ini dapat di lihat dari beberapa kutipan berikut:
- Djoko : “dizaman revolusi aku mempunyai seorang gadis, ia terpaksa kutinggalkan karena aku masuk laskar rakyat...” Botak : “aku termasuk orang hancur dulunya. Seperti peristiwa kuno: aku mempunyai seorang istri yang cantik...”
- Tokoh.Tokoh utama : Sri, Djoko, Botak dan Tokoh tambahan : Surati, Surya, Narko, Tarjo, Tukang Wedang
- Penokohan. Dari adanya 3 tokoh utama dan 9 tokoh tambahan yang ada pada drama “orang-orang ditikungan jalan” karya W.S Rendra tersebut saya hanya akan menjelaskan beberapa perwatakan dari tokoh-tokoh tersebut, karena tokoh yang lain hanya sebagai tambahan saja. Yaitu: Sri : seorang pelacur yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap teman dan keluarganya, serta mempunyai cinta yang tulus. Seperti cerita dan ending yang terjadi pada drama tersebut, sri melacur demi keluarga, dan ahirnya ia menikah denga tarjo yang usianya jauh lebih tua darinya. Djoko : seorang laki-laki yang mengharapkan dan setia pada kekasihnya, dan dia mempunyai ketertarikan nama pada setiap orang baru yang ia jumpai. Hal ini dapat dilihat dari kutipan : SRI “Djoko selalu tertarik kepada soal nama. Tadi waktu kami mula-mula berjumpa, ia juga sangat ingin tau namaku. Botak : seorang laki-laki yang tegar dan selalu menjadi penengan dan berusaha menyadarkan orang-orang yang ada disekitarnya ketika mereka terjerumus ke hal yang buruk. Surya : seorang pemabuk yang mudah putus asa, tergambar pada drama tersebut bahwa ia meninggal karena bunuh diri.
- Gaya bahasa. Peranan bahasa merupakan hal sangat penting dalam mengungkapkan isi hati, pikiran, dan perasaan seseorang khususnya pengarang. Pengungkapan hal tersebut akan lebih baik apabila penggunaan bahasa itu ditafsirkan dengan gaya bahasa, yang akan menimbulkan serta memberikan keindahan, kenikmatan, dan perasaan tertentu bagi pembaca. Dan gaya bahasa yang digunakan oleh W.S Rendra dalam drama Orang-orang ditikungan jalan cukup mudah dimengerti pembaca, khususnya saya dalam menganalisis karena gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sehari-hari.
Keterangan
Berdasarkan analisis terhadap drama Orang-orang ditikungan jalan karya W.S Rendra, maka saya dapat memberikan beberapa keterangan sebagai berikut:
- Aspek unsur stuktur atau intrinsik drama Orang-orang ditikungan jalan karya W.S Rendra, maka meliputi tema, dialog, latar atau seting, alur/plot, tokoh, penokohan atau perwatakan, gaya bahasa yang digunakan dalan drama tersebut.
- Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam drama tersebut adalah gaya bahasa sehari-hari. Namun pengarang menuliskannya secara penuh tanpa kata-kata yang seharusnya tidak perlu dan sedikitnya penggunaan makna konotasi.
Tag :
Drama,
WS. Rendra
0 Komentar untuk "ANALISIS STRUKTURAL DRAMA “ORANG-ORANG DITIKUNGAN JALAN” KARYA W.S RENDRA."